Saturday 23 January 2016

aku dan dia - kumpulan cerpen

Kalau punya sahabat sejati itu benar-benar beruntung karena sahabat sejati itu benar-benar bisa diandalkan seperti orang tua kita sendiri. Itu yang aku alami, memiliki teman, rekan sekaligus sahabat seperti Dinda membuat aku selalu selamat dari berbagai persoalan rumit. Aku masih ingat ketika tahun lalu aku benar-benar bingung karena harus memilih melanjutkan sekolah ke mana, apakah ke sekolah favorit yang aku inginkan atau ke sekolah idaman yang orang tuaku inginkan.

Pada saat itu aku bersikeras dan bersikukuh untuk melanjutkan SMA ke sekolah kesukaanku, yaitu bersama tema-temanku termasuk Dinda. Namun setelah perdebatan yang panjang akhirnya aku diizinkan sekolah di sekolah yang sama dengan Dinda. Hal ini berkat nasehat Dinda yang mengajariku untuk ikhlas dan menerima apa yang disarankan oleh kedua orang tuaku.

"Kamu jangan egois..."
"Bukan aku egois tapi orang tuaku yang tak tahu apa mauku!!!"
"Hei, orang tuaku pernah bilang bahwa dalam hidup yang kita inginkan belum tentu yang terbaik"
"Itu bukan berarti pilihanku tidak lebih baik dari pilihan mereka bukan?"
"Ya, memang benar namun mereka melakukan hal itu semata-mata hanya karena mereka peduli!"
"Tapi Dinda..."
"Sudahlah.... sabar dan ikhlas, perlu kamu ingat, satu-satunya keinginan orang tua adalah memberikan yang terbaik bagi anaknya"

Karena nasehat Dinda akhirnya aku menyerah dan ikhlas menerima saran kedua orang tuaku. Aku pun mengatakan kepada mereka bahwa aku mau sekolah di sekolah pilihan mereka.
"Aku mau sekolah di sana..."
"Bagus kalau begitu, kami tahu kamu pasti menjadi anak yang baik..."

Akhirnya aku mendaftar di sekolah yang orang tuaku inginkan, dan ternyata hasilnya tidak memuaskan, aku telah memberikan yang terbaik namun hasil tes aku tidak lulus. Saat itu aku panik karena aku tidak mendaftar di sekolah lainnya. Saat itu aku menyalahkan orang tuaku karena aku takut kalau aku sampai tidak melanjutkan sekolah.

Ternyata, tanpa sepengetahuanku ayah dan ibu telah mendaftarkan aku di sekolah yang aku inginkan. Itu aku ketahui setelah Dinda berkunjung ke rumahku. Ternyata ayah dan ibu sudah tahu bahwa aku pasti akan diterima di sekolah yang aku inginkan meski tanpa tes sedangkan di sekolah yang itu ternyata mereka hanya ingin melihat niat dan usahaku dalam menggapai impian.
"Aku gak tahu mau bagaimana Din, aku gak lulus...mungkin aku gak sekolah...."
"Kenapa bisa gak lulus, susah ya tes nya..."
"Begitulah, aku sudah berusaha...."
"Eh....kenapa sedih nantikan kamu sekolah sama aku lagi..."
"Apa maksudmu???"
"Iya, kemarin aku melihat ayahmu di sekolah dan ternyata dia sedang melakukan pembayaran uang sekolah gitu, aku juga bingung..."
"Salah liat kamu....!"
"Sudah tenang saja, turuti saja apa yang orang tuamu bilang, kamu pasti dapat yang terbaik"

Itulah bagaimana Dinda menjadi sahabat yang menyelesaikan masalahku. Setelah beberapa bulan bersekolah lagi-lagi aku menghadapi masalah karena di sekolah ada dua orang cowok yang bertengkar karena aku. Mereka suka sama aku dan ingin menjadi pacarku, aku bingung dan akhirnya Dinda lah yang membantuku. Ia mengingatkanku bahwa aku di sekolah itu tujuannya untuk belajar dan bukan untuk main-main apalagi pacaran. Ia mengingatkanku dengan sabar dan tegar bahwa seperti juga yang lain aku sebaiknya tidak berpacaran selagi sekolah, kasihan orang tuaku ucapnya.

No comments:

Post a Comment